RAGAM CERITA

3 Februari 2012

Sepotong Cinta di Awal Februari

Hello world…!

Ga ada mendung, ga ada angin tiba-tiba saja kentut...maaf…hujan. Itulah cuaca bulan-bulan ini, yang bisa kita sebut “GALAU”. Enak-enak mau keluar aja, ehh… tiba-tiba hujan deres di jalan. Di tengah guyuran hujan dengan susah payah mencari tempat teduh. Namun, setelah berteduh ria, tampaknya hujan tau mangsanya sedang berlindung di sebuah pinggiran atap. Setelah puas turun, hujan pun berhenti…begitu indahnya dunia ini.
Cuaca itu ga beda jauh dengan cinta. Cinta itu mengalami fluktuasi “kegalauan” yang tidak mudah diprediksi oleh seorang Mario Teguh sekalipun. Super Sekali! Sama halnya dengan cuaca yang sulit ditebak. Hari ini terang, namun tiba-tiba hujan. Cinta itu juga punya awan, punya matahari, punya pelangi seperti langit. Cinta itu luas dan tak terbatas, seperti ujung langit yang belum pernah kita temui dimana batas dimensi dan ruangnya.

Hari ini kita boleh saja membenci seseorang, tapi siapa tau besok kita malah mengaguminya. Itulah kalimat yang selalu aku denger dari mulut ke telinga. Cinta itu mungkin saja tumbuh ketika kita pertama kali melihat seseorang. Para ilmuwan menyebutnya “jatuh cinta pada pandangan pertama”. Namun terkadang tak cukup yang pertama. Ketika kita melihat orang yang baru kita kenal, cinta juga bisa tumbuh untuk yang kedua kalinya. Para ilmuwan menyebutnya “jatuh cinta pada pandangan kedua”. Begitu pula seterusnya sehingga dibuatlah sebuah formula yaitu “jatuh cinta pada pandangan ke-n, dimana n adalah sebuah bilangan asli sampai tak terhingga.” Orang yang mengalami jatuh cinta berkali-kali disarankan berobat ke psikiater terdekat.
Sebuah contoh kasus :


"Gila banget tuh cewek! Wajahmu mengalihkan duniaku"

gambar diambil dari sini dan sini
Namun , siapa sangka bahwa yang pertama memang memiliki amplitudo yang luar biasa dibandingkan yang lain. Getaran yang dihasilkan beresonansi di ruang hati dengan harapan dan dampaan kita. Terkadang, saat merasakannya, kita semakin tidak ragu bahwa di dunia ini memang benar-benar ada bidadari. Dari sudut manapun, pancaran sinarnya menghamburkan persepsi yang salah itu….


Dan aku pernah mengalami hal semacam itu. Ceritanya, waktu itu ada sebuah lomba. Pada waktu itu posisi kita jauh berbeda. Saya penonton (seperti biasa) sedangkan ia peserta. Pada waktu itu suasana sangat meriah. Entah kenapa, awalnya aku tidak berniat untuk melihat satu per satu para peserta lomba. Tiba-tiba saja eeee…. Rasanya ada kail yang menancap di kedua bola mataku dan menahan pada seseorang. Aku berhipotesis ria bahwa dia juga memperhatikan aku. Sedangkan pada waktu itu bisa saja dia memperhatikan penonton lain di sebelah aku yang mungkin temannya atau mungkin di belakangku atau mungkin kemungkinan yang lain. Probabilitas dia melihatku boleh jadi 0.000001%. Tapi aku tidak memperdulikan kemungkinan saat itu. Aku hanya tersenyum. Sampai akhirnya ada kesempatan untuk berfoto bersama. Mungkin juga pembaca juga pernah mengalaminya. Namun sayang, pandangan pertama ini bukan untuk dimiliki. Tapi untuk disyukuri bahwa sang Pencipta Maha Suci.