15 Januari 2014

Cerita Fiksi : OTAN (Bagian 1)

Sinar matahari mengisi kisi dinding dari semak belukar yang tertata rapi di sebuah pemukiman indah di tanah Nusantara. Dahulu kala segala macam batang yang dihujamkan di tanah ini akan menjadi raksasa dengan berbagai kemolekannya. Tidak terkecuali replika rambatan bunga sepatu yang menghalangi halaman rumah kompleks Bumi Permai yang mencoba menyajikan gambaran itu. Kira-kira begitulah cerita kakek moyang dulu yang bisa bikin kepala ini terbang sesuai hajatnya masing-masing

Dari jauh terlihat sosok laki-laki keluar memakai sepatunya di teras kompleks permai itu.
"Aku berangkat dulu ya!"
Setelah teriakkan itu, sosok lelaki tinggi itu menghilang bersama mobil yang mengantarnya jauh dari rumah yang indah.

Seorang anak berusia sekitar 14 tahun keluar mengikuti laki-laki itu hingga ujung batasnya.
" Hati-hati Yah!" balas anak kecil itu sambil melambai sekuat tenaga.

Di tangan anak itu tergenggam erat selembar kertas berwarna hijau.
"Oh... jadi dulu ini ya yang namanya uang..." ucap anak itu dalam hati.
Sore itu sinar matahari mulai meredum diikuti pantulannya dari tiap gedung.

Di tangan anak itu terpampang lukisan mahluk berwarna coklat, jongkok didepan latar hijau sambil tersenyum. Terdapat angka 500 di setiap sudut yang berseberangan. Baunya khas meninggalkan aroma sejarah yang tidak pernah terulang.

"Ini namanya orang utan?" timpal anak itu dengan penasaran. Sambil meraba, mencium, atau bahkan menggesek permukannya dengan penuh keingintahuan ia ingin tahu lebih banyak.

Orang utan adalah sebuah mitos. Mahluk bertangan, berkaki dan memiliki rambut coklat itu dipercaya berjalan diantara ranting pohon. Masyarakat percaya mahluk ini dulunya bisa terbang dan memiliki cakar di kedua tangannya. Ada yang bilang orang utan dulunya manusia yang terlalu lama tinggal di hutan. Itulah kenapa sosok-nya diberi julukan seperti julukan manusia. Ada yang bilang lagi dia adalah manusia yang dikutuk untuk diuji di dunia. Sosok ini merupakan wujud emosi dan khayalan manusia.

Seketika angin berhembus kencang dari belakang... seperti badai yang datang tiba-tiba.

Anak kecil itu, Kone, melihat kabut tebal datang dengan cepat. Kabut itu berwarna biru tua dengan kilauan cahaya yang berpendar dengan terang. Kone... ya itulah nama yang diberikan orang tuaku. Aku tidak ingat mengapa aku melihat cahaya itu setelah beberapa detik aku palingkan dari uang kertasku. Kabut biru itu masuk dan menghembus ke wajahku hingga tubuhkan serasa dingin membeku. Setelah itu kabut itu semakin mengganas menelan seluruh tubuhku dan yang aku lihat hanyalah kilauan cahaya. Kertas itu masih aku genggam... perasaanku seperti itu. Tapi setelah aku sadari aku tidak memegang apa-apa. Yang ada sebuah tangan berbulu coklat menggantikan uang kertasku.

Mataku terbelalak ketika yang kulihat berbeda dengan 1 menit yang lalu. Aku berada di sebuah danau dengan air yang dingin. Saat itu gelap. Hanya temaram sinar bulan purnama menerangi penglihatanku yang agak buram ini. Seketika aku tarik tanganku dari genggaman si bulu coklat. Tanganku...

Tanganku adalah tangan yang berbulu coklat itu...
Aku menyadari bahwa aku adalah sosok itu. Aku bingung. Namun ketika aku menunduk jelas terlihat gambaran air semakin menjelaskan rupaku saat ini.

Kemudian aku berjalan mengikuti alur yang ada di dekat danau menembus hutan. Ya.. hutan. Kumpulan raksasa yang menjulang tinggi dengan banyak ranting. Akarnya menghujam tanah yang lembut dan basah. Dari ujung jalan aku menemukan sebuah desa... dan desa itu dipenuhi dengan orang utan... ya aku yakin, orang utan. Berbagai macam orang utan bisa aku lihat dari sini. Ada satu orang utan yang memakai topi sambil membawa sebuah radio. Satunya lagi berkumpul sambil membuat alas tidur. Satunya lagi sibuk menjaga lampu dan beberapa ada yang memakai kacamata baca. Orang utan ini juga ada yang memakai gigi emas, dia tak henti-hentinya tersenyum sambil tertawa lebar. Semakin aku dekat dengan pemukiman itu aku melihat kehidupan yang ada di balik jendela. Orang utan kecil bermain playstation di bawah cahaya lampu disko. Yang lain sedang asyik melempari kertas Teka Teki Silang dengan bidak catur. Riuh... 

Namun ada satu rumah yang sangat tenang. Orang utan itu duduk semua.... Mereka berkumpul sambil memejamkan mata. Tidak ada yang berbicara. Salah satu orang utan duduk sambil sesekali menghisap putung rokok yang terbakar hampir habis.

Di rumah yang lain, agak besar dan mewah... Katanya milik orang utan yang telah berjasa di pemukiman ini. Terdengar sayup-sayup bunyi suara mesin ketik. Lantutan itu terus berdenyut tiada henti di tengah kehidupan. (Bersambung......)
Read More..

14 Januari 2014

Playlist anime saat liburan

Assalamualaikum,
Hello world!

Liburan semester udah tiba, uyeah..., Meskipun namanya liburan tapi gak sepenuhnya libur guys. Kerjaan masih banyak, hahaha... sembari mengisi liburan enaknya dibarengin nonton anime. Mungkin karena terlahir sebagai seorang remaja yang masa kecilnya selalu disuguhi anime tiap pagi di TV kadang-kadang jadi ketagihan anime series. Daripada nonton Televisi yang isinya lagu galau atau gambusan, oplosan bukak sitik jos dll yang udah bikin mutah mendingan nonton series yang berkualitas, hehehe... realitas ya bro. Entah kenapa stasiun Televisi kita saat ini dirasuki acara talkshow hura-hura yang gak ada mutu. Bullshit! Orang dipaksa tertawa oleh humor murahan dan sarkastik :)

dan kira-kira inilah playlist anime selama liburan...

1. Sket-dance (beneran ini anime bikin ngakak mulu). Kelakuan pemainnya bikin ngakak plus editting yang bener-bener mantap. Bercerita tentang persahabatan dan kehidupan anak SMA dengan problematika yang sangat konyol. Aman untuk remaja.

2. Shingeki no Kyojin (Attack on Titan), yang ini agak blak-blakan... cukup tragis emang... ketika manusia ingin keluar dari temboknya dan bertarung melawan Raksasa.

So, itu aja buat kali dan
bye, have a nice holiday!


Read More..