RAGAM CERITA

21 Desember 2008

Sepenggal pengalaman menuju Debate Contest UNESA

Terima kasih sebelumnya kepada:
Allah SWT. Ortu, Pak Yayan, Mas Imron, Abror, Uzi, mb. Ima, mb. Galuh, mb. Mike, pemilik kontrakan, tukang toko sandal jepit Surabaya (NB: Uzi ketiban sandal jepit), penjual nasi goreng, Pak sopir (mengemudikan bis dengan selamat), Paman Google, Mbak Fitri (Aneh...???), Temannya mbak Fitri, Arek-arek SMA Taruna Dra. Zulaeha, SMA 2 SBY, SMA 7 SBY, dan siapa saja yang tersenyum melihat blog ini

Hari itu tanggal 31 Oktober 2008, merupakan siang hari yang mendebarkan. Aku menanti di terminal Bayuangga sehabis pulang sekolah. Aku sengaja tidak mengikuti pendidikan tambahan di sekolah karena tugas Debat di Surabaya. Di dalam terminal aku menunggu pendampingku, Pak Yayan dan beberapa temanku yang akan ikut bersama ke Surabaya. Kami merupakan salah satu peserta debat bahasa inggris dari tempat yang jauh. Tiba-tiba aku di telepon mereka, mengatakan bahwa mereka menunggu di luar terminal. Ya... gitu dech akhirnya enak-enak menunggu di dalam di suruh keluar. Akhirnya aku bertemu mereka sedang menunggu di sebuah warung dekat pos polisi. Aku menyapa teman-teman juga pendampingku dan menunggu bersama mereka. Di sana ada Abror, Uzi, mbak Galuh, mbak Ima, dan mbak Mike Akhirnya sebuah bis, parah, sepi dan tak ber AC lewat. Kami memutuskan untuk masuk berharap dapat tarif murah.

Waduh ini sih bis... keramat. Tidak ada AC, tarif mahal, bangku banyak tingginya (kutu busuk/ bangsat) dan juga sempit. Di dalam kami bertemu orang SAKAW bertato tribal. Orangnya loyo, tak bertenaga. Temannya juga ikut dan berprofesi sebagai pengamen bis antar kota. Dengan gitar yang tidak disetel dengan baik ia melantunkan lagu lawas. Aku merasa ngantuk! Tertidur, aku tak sengaja melihat pemuda SAKAW itu menggoda perempuan setengah baya yang duduk sendirian. Tidak betah, ia meninggalkan bangku itu dan meninggalkan pemuda SAKAW itu sendirian tertidur di bangku yang tersusun dari 3 kursi. Kami semua membicarakan pemuda itu. Menduga-duga hal buruk. Sampai akhirnya, suasana mulai terkendali. Kami melaju meninggalkan kota kelahiran.

Di bis kami menemukan banyak hal lucu. Seorang bapak tua sekitar umur 60-an mengamen bersama gitarnya. Ia bernyanyi dan memetik gitar tanpa kord. Walaupun begitu tetap terdengar asyik. Suaranya seolah-olah gitar yang melantun. Bapak tua itu juga tertawa tersengal-sengal ditengah lagu yang dilantunkannya. Beberapa lagu yang masuk deretan lagu nge-top juga dinyanyikannya. Seperti Rihanna versi madura, Sahara, Lagu Ayam? dan bola."Aduh Rehannaa.......", "Sahara... engakaulah gadis pujaan," itulah sepenggal lirik yang bisa kuingat. Lagu-lagu yang pernah ku dengar semasa kecil. Bapak itu juga menerima request dari penumpang. Berkat kelucuannya, bapak tersebut mendapat banyak simpati dari para penumpang. Kami semua dibuatnya tertawa terpingkal-pingkal.

Perjalanan kami tak terasa sudah menjelang petang. Sampai akhirnya kami tiba di Terminal Bungurasih. Kami mengambil bis jurusan Jayabaya dan kemudian pergi dengan angkot G jurusan Lidah wetan. Kami semua terlihat lelah, wajah kusam serta mengantuk. Di tengah keramaian Kota terbesar ke 2 di Indonesia ini kami berjuang. Di tengah perjalanan ada seorang remaja cewek berwajah oriental dengan ibunya masuk ke angkot yang kami tumpangi. Remaja itu masih dalam keadaan berseragam lengkap dan terlihat menangis sesekali mengelap matanya dengan tissue. Padahal ini sudah jam 8 malam. Aku merasa bingung, sekolah mana yang memulangkan siswanya jam 8 malam. Ke sana kemari pikiranku mulai aneh-aneh... wis ta' skip ae timbange suuzan.
Nah sampailah kami di depan sebuah gang lidah wetan yang akan menjadi tempat kami menginap. Kami memasuki gang, lama kelamaan aku merasa kenal dengan gang ini. Suasan Islam-nya terasa sangat kental. Kami singgah terlebih dahulu di sebuah rumah. Mbak Ima masuk lalu keluar bersama dengan seorang perempuan berjilbab type ---- (lupa; menutupi bagian dada). Aku tahu disini lingkungan Agamis. Terlihat dari cara berbicara dan berpakaiannya. Aku, Uzi, Abror dan Pak Yayan sempat bingung dengan istilah yang mereka pakai. Anna (saya), akhwan (perempuan), ikhwan (laki-laki), antum (anda). Hi..hi.. kami semua nurut aja... bilang sukron, sukron yang artinya terima kasih / sama. Setiap akhir percakapan kami selalu mengatakan sukron. Rumah yang akan kami tempati adalah kontrakan. Peraturan yang berlaku di sana sangat ketat. Kontrakan Cowok dipisahkan sangat jauh dari kontrakan cewek. Cowok dilarang bicara sama cewek lebih dari 5 menit via apa saja. Jam malamnya pun sampai jam 9 malam. Aduhhh.. ketat banget nih! Padahal kami semua merencanakan akan belajar debat bersama. Alhasil tidak jadi.
Kemudian kami bertemu dengan Mas Imron, mahasiswa UNESA bahasa Inggris. Kebetulan mas Imron merupakan kakak teman kami, Aang. Ia mengambil jurusan Bahasa Inggris di Kampus UNESA. Kami berbincang sebentar di luar dan memutuskan untuk makan nasi goreng di pinggir jalan. Setelah kenyang, kami langsung pergi ke kontrakan untuk beristirahat. Di dalam kami dikenalkan dengan penghuni kontrakan lain. Aku langsung mandi, shalat, kemudian bersiap tidur. Sebuah kamar yang sempit dan tidak berventilase. Itulah gambaran ruangan yang kami huni pada saat itu. Malam ini kami akan tidur di bawah. Terpaksa Uzi dan Pak yayan harus membuka baju untuk menghibur tubuhnya yang penuh dengan keringat akibat tidak tahan dengan suasana ini. Sebuah kipas angin mini menggelengkan lehernya mencoba menghibur kami dengan tiupan angin. Aku berbaring diantara keduanya, sambil mengipasi diriku yang mulai memanas.Ditengah malam kami semua saling bertukar pikiran untuk menghibur diri. Kami bercerita mengenai hantu pada waktu itu. Iiiii.... sereeem.. Akhirnya aku memaksakan diriku untuk tidur apa adanya.

Tanggal 1 November 2008, pertunjukan akan dimulai. Kami bangun pagi, sholat subuh kemudian makan di warung kopi. Di tengah perjalanan kami sempat tersesat diantara blok rumah. Kami semua memesan mie instant pagi itu. Kami menikmati suasana Surabaya pada saat itu. Kurang 2 jam sebelum pertandingan, kami kembali ke kontrakan. Di sana kami mendapat tambahan pasokan tenaga dari Mas Imron, yang pada saat itu menjabat sebagai sie konsumsi debate contest. Pak Yayan tidak makan karena merasa sudah kenyang. Setelah itu kami langsung bersiap dan segera pergi ke UNESA. Ketiga teman kami yang cewek sudah menunggu di depan kontrakan. Kemudian kami pun pergi bersama menyusuri UNESA diantara hamparan sawah.

UNESA I'm coming! Aku melihat kampus UNESA untuk pertama kali. Tampaknya kami datang pertama kali. Kami segera mendaftar dan menunggu. Pak Yayan meminta izin untuk pergi ke Gresik menemui saudaranya di Gresik. Kami berusaha memaklumi karena tempat kami tidur semalam kurang sreg. Kami meminta do'a dari Pak Yayan agar berhasil. 15 menit dari waktu pertandingan kami menjumpai lawan kami. Kebanyakan dari Surabaya, Pasuruan dan beberapa dari Madiun.

Sekitar jam 9 pagi debate contest dibuka. Pada saat itu kami berkumpul di main Hall. Kami dikenalkan dengan guide kami mbak Fitri .Kami mendapat kesempatan untuk bertanding dengan Smanda (SMA 2) Surabaya. Kami diarahkan menuju sebuah ruangan khusus dan diberikan instruksi lebih lanjut. Debat pun dimulai. Aku sekelompok dengan Abror dan mb. Mike. Sedangkan Uzi dengan Mb. Ima, dan mb. Galuh. Setelah menempuh percekcokan yang hebat kami dinyatakan kalah oleh dewan juri. Pada saat itu dewan juri berjumlah 3 orang. Kami kalah. Kami mengakui kehebatan mereka. Setelah itu aku mencoba mengenal mereka lebih dekat. Ternyata mereka siswa siswi kelas 3 dan 2. Waduh jauh.. amat. Kelompok aku masih kelas 1 orang dan kelas 2 mb. Mike. Sepertinya kami kalah pengalaman. Walaupun begitu beda kalah kami sangat tipis. Kami berkumpul di main hall dan babak selanjutnya kami bertanding melawan SMA Paiton dan kami pun kalah juga. Waktu menunjukkan jam 2, kami shalat dan berkumpul di main hall untuk pertandingan yang terakhir. Sejauh ini kelompok Uzi menang 1 kali dan kalah 1 kali. Tubuhku sudah letih dan lesu. Mbak Fitri mencoba menyemangati. Babak ketiga kami melawan SMA 7. Tema yang akan diperdebatkan adalah tentang TOEFL. Tema ini tidak ditunjukkan sebelumnya sehingga terlihat surprise. Semua orang di sana terlihat gugup. Tetapi berkat ini kami bisa menang. Tetapi teman kami Uzi tidak dapat mengambil hati juri. Setelah selesai semua peserta berkumpul di Main Hall untuk melihat siapa saja yang lolos ke babak semi final. Lampu dimatikan, dan dibacakan 1 per satu calon jawara.Tetapi kami semua sudah tidak memiliki peluang untuk masuk ke babak semifinal. Mbak Fitri membesarkan hati kami. Lawan kami SMA 2 berhasil masuk. Aku mengucapkan selamat pada mereka.

Eiiittt... temanku Uzi terpikat hatinya oleh seorang gadis berkacamata. Telusur menelusur gadis itu teman lawan kami dari SMA 2. Ha...ha..ha... aku mencoba menghibur Uzi yang sedang berfrustasi dengan mengambil fotonya. Dengan bantuan mbak Fitri kami meminta nomor teleponnya.

Kami pun pulang. Kami mencoba memahami arti kegagalan.... Kami akan terus berusaha pantang menyerah. Karena kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Read More..

7 Desember 2008