24 Juli 2009

BUKU HARIAN AIR TERJUN BREMI

Persiapan

Tanggal 27 Juni 2009

Waktunya ke Bremi. Hari ini, hari sabtu yang mendebarkan sekaligus hari yang menyenangkan. Karena raporku akan di bagi. Waduh jadi deg-degan nih! Akhirnya ortu berangkat ke sekolah untuk mengambil rapor. Setelah menunggu agak lama akhirnya ortu datang membawa rapor. Langsung aja aku buka dan alhasil kayaknya jadi nih rencana liburan ke Bremi.

Kemudian aku tarik gas motorku dan pergi menuju rumah Agam sekitar jam 11 siang. Di sana aku bertemu dengan sobatku, Avim, Gayuh, Agam, Rendra, Teguh, Irvan. Kemudian kami semua membicarakan bagaimana kita akan berangkat ke Bremi. Namun saat itu kami mendapat kabar bahwa Aldi tidak bisa ikut. Kayaknya dia tidak masuk jurusan IPA seperti yang dia inginkan. Aldi merasa sungkan dengan ortunya.

Awalnya kami akan berangkat menggunakan truk. Harga sewanya sekitar 450 ribuan. Waduh mahal amat. Kami di sana akhirnya berinisiatif untuk mencari transportasi yang laen. Akhirnya kami diberitahu oleh Roditya (biasa dipanggil Oo) dan Emaknya kalau ada pickup yang mau mengantar kami. Harganya sekitar 300 ribu. Karena yang ikut sekitar 20 orang jadi masing-masing anak patungan 15 ribu.

Hari Pertama

Tanggal 29 Juni 2009

Jam 10.00 aku pergi ke masjid Ar-rahma, Leces. Kami sepakat berkumpul di sini. Aku pergi diantar oleh bapakku. Sampai di sana aku melihat teman-teman sudah menunggu. Oh ya, hari ini juga bertepatan dengan daftar ulang. Jadi banyak siswa yang datang. Tepat di depan masjid terdapat tas-tas yang beratnya mungkin 7 kiloan. Kate minggat pola (kayaknya mau pergi dari rumah). Barang bawaanku juga tak kalah banyak. Aku membawa 1 tas punggung, 1 tas jinjing, 1 tas kecil dan tikar. Pada saat itu aku lupa membawa kamera. Sial!

Pas waktu mau berangkat Avim sepakat mengajak Aldi untuk ikut kami ke Bremi. Alhasil Aldi mau ikut tanpa persiapan yang matang. Zainullah teman kami juga ikut dadakan. Dengan bertambahnya anggota, perjalanan akan semakin menarik dan juga ongkos semakin murah. Hehehehehe….

Tidak lama kemudian Anggrek datang. Anggrek tentunya seorang perempuan. Ia kaget ketika melihat kami semua. Anggrek berniat ikut kami camping ke Bremi. Awalnya kami mengajak Anggrek ikut dengan alasan kalau di sana banyak anak ceweknya. Namun pada saat mau berangkat teman kami yang cewek ga bisa datang kecuali Anggrek. Hanya dia saja yang datang pada saat kami mau berangkat. Wahyu membujuk dia agar tetap ikut. Tetapi demi kebaikan dan persatuan Anggrek akhirnya mengundurkan diri (Cieeeeeeee…..). Bagaimana dengan bekalnya? Bekal Anggrek diberikan kepada kami semua. Hehehehe….

Setelah menunggu sekitar setengah jam mobil pickup datang dan langsung parkir di halaman masjid. Kami semua langsung berebutan naik. Takut tidak dapat tempat. Kami berbondong-bondong duduk di bak truk. Walaupun penuh kami semua tetap merasa senang. Sang pengemudi mengajak kami untuk berangkat. Akan tetapi Avim dan Danang masih mencari tali untuk tenda. Masalahnya, kami kekurangan tali untuk membuat tenda. Untungnya ada Kak Didik yang mau meminjami tali. Pada kesempatan itu aku langsung menelepon ayah. Aku meminta izin untuk dibawakan kamera. Alhamdulillah sebelum pickup berangkat ayah sudah sampai sambil membawa kamera saku. Bismillahirrahmanirrahim kami semua berangkat jam 11 siang.

Di perjalanan kami saling bersenda gurau. Aku mendapatkan tempat di sisi kanan bak truk. Walaupun bahaya aku senang dapat ikut ke bremi. Di tengah perjalanan pisang yang dibawa oleh Irvan tidak sengaja terinjak. Wah…. Karena sudah terinjak kami langsung menyantap bersama-sama di pickup. Kelihatannya teman kami, Mamat, tidak makan pisang yang dibawa. Oh…Ternyata ia sedang menjalankan ibadah puasa. Huh… Sempat saja teman-teman kentut di dalam bak pickup. Terlebih Agam, baunya langsung menyebar!Singkatnya perjalanan kami menghabiskan waktu sekitar 1 jam.

Kami pun sampai di tempat persinggahan pertama. Rumah Nenek FUNKY! Hehehehe… alias rumah neneknya Bisma di daerah Bremi. Nenek Bisma yang satu ini bisa dibilang sangat unik. Beliau suka merokok dan sangat ramah.Saking baiknya, sampai-sampai temanku diberi rokok 1 pak. Selain itu gaya berbicaranya seperti teman kita sendiri. Hahahaha… kalau diibaratkan seperti mbah Surip 2.

Selanjutnya kami pergi ke Polsek Bremi untuk melapor. Paling tidak polisi mengetahui keadaan kita bagaimana dan untuk berjaga-jaga apabila ada sesuatu. Avim mewakili kami semua untuk melapor. Di sana kami juga menunggu Bisma dan Irvan. Karena mereka berangkat menggunakan sepeda motor. Sewaktu kami menunggu, kami mendapat kabar bahwa Rendra dan Pungkas akan menyusul kami di air terjun Bremi. Kami semua menyayangkan kehadiran mereka tidak sepenuhnya.

Karena hari mulai petang, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi kamping. Kami melaju bagaikan rombongan truk. Barang bawaan kami terhitung 5 kilo sampai dengan 10 kilo. Apalagi melihat keadaan si OO’ teman-teman merasa kagum. Ia mampi menanggung beban sekita 10 kilo di pundaknya selama perjalanan. Avim juga tak kalah hebat. Ia memikul tas yang luar biasa gila beratnya!!! Mungkin kalau mbah FUNKY masuk ke sana muat kali ya…? Hehehe… Di perjalanan kami menemui kuda (saudara AVIM) sedang merumput. Saking isengnya, teman-teman berusaha mengganggu kuda tersebut. Untung saja tidak ditendang atau dihamili??? (Maksud’e opo?).

Kami melewati hamparan sawah dan pepohonan. Menyeberang sungai. Melewati lorong berbahaya. Mendaki. Pokoknya pas kita sampai di lokasi kamping, semua personil tampak kelelahan. Kami sepakat berkemah di dekat air terjun. Alasannya karena di sana mudah untuk mencari air, mudah untuk pub, mudah untuk mandi, suaranya bagus, bisa liat anak-anak pramuka (hehehehe…), dan luas. Beberapa menit kemudian kami baru sadar bahwa kami sedang berkemah di bawah sarang MONYET. Semua wajah terlihat kelaparan dan pucat. Mereka semua langsung melepas pakaian karena berkeringat. Apalagi aku yang capek-capek mendaki sambil ngomong. Huh!

Akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan 3 buah tenda. 1 Buah tenda besar dan 2 buah tenda kubah. Tenda besar mampu menampung anak sekitar 10 orang. Untuk tenda kubah mampu menampung sampai dengan 5 orang. Kami memberikan nama tiap-tiap tenda, yaitu “Omah kulon”, “Omah tengah” dan “Omah wetan”. Tentu saja kami semua tidur di dalam tenda saling berdesakan. Wahyu dan Oo’ membuat tungku tepat di tengah-tengah perkemahan. Setelah semua tenda berdiri, teman-teman ingin membersihkan diri mereka. Sementara mereka mandi, aku, Wahyu, Firdaus, Rendy, dan Inul mencari kayu bakar untuk persediaan kami memasak. Setelah semua kayu terkumpul, aku dan teman-teman kembali ke perkemahan. Karena hari mulai malam kami, para pencari kayu, segera membersihkan diri. Aku segera bergegas pergi di dekat air terjun. Lalu semua baju ku tanggalkan. Aku mulai memasukkan kaki ku ke dalam sungai yang deras. Suara air yang mengalir membuat aku tidak merasa kedinginan. Langsung saja aku berendam di sungai. Aku membilas seluruh tubuhku dengan air yang masih bersih itu (semoga). Aku berenang menyusuri sungai yang dangkal itu. Akan tetapi aku merasakan ada yang melekat di tanganku. Ketika itu aku tidak sadar bahwa aku tidak sendirian. Aku melihat lintah menggeliat di sekujur tanganku. Mencoba menghisab seluruh tubuhku. Langsung saja aku cabut dan membuangnya. Aku langsung berpakaian dan pergi ke perkemahan.

Malam telah tiba. Kami membagi tugas untuk keperluan memasak. Kami juga membentuk kelompok yang lebih kecil. Jadi 1 kelompok makan dengan kelompok itu. Aku bergabung bersama Avim, Aldi, Alfian, dan Irul. Menu makan kami pada waktu itu adalah nasi, mie dan sosis. Kami makan sepiring berlima alias banca’an. Hari ini aku tidur sekitar jam 11 malam. Aku sengaja begadang untuk berjaga-jaga. Namun pada waktu tengah malam teman-teman banyak yang bangun. Sehingga kami semua saling bersenda gurau.

Hari Kedua

Tanggal 30 Juni 2009

Aku bangun sekitar jam 5 pagi. Waktu itu suhu udara masih tidak bersahabat. Semua anggota badanku terasa sangat dingin. Apalagi ketika aku turun untuk sekedar mengambil wudlhu. Padahal aku telah memakai pakaian yang cukup tebal. Suhu udara di sana sekitar 22 derajat celcius. Hal itu membuat aku tidak berhenti bersin-bersin. “Ayo bangun semuanya!!!”

Akhirnya seluruh kru bangun pada jam 8 pagi. Wajah mereka ada yang masih terlihat lesu. Mungkin beberapa dari mereka tidak bisa tidur. Malam itu aku menempati tenda ujung timur dan tidur bersama 5 orang temanku. Temanku Wahyu tersengat lipan di kepala pada saat tidur. Untung saja tidak parah.

Pagi itu kami sepakat untuk sarapan nasi pecel. Teman-teman membuat nasi pecel dengan sangat spesial. Setelah jadi kami semua makan dengan alat seadanya. Kami menggunakan gelas, piring bahkan langsung dari tempat memasak. Setelah kenyang menyantap pecel dilanjutkan dengan menghangatkan diri dengan segelas jahe hangat. Brrrr… segerr!!! Kemudian teman-teman bergegas untuk mandi di air terjunnya. Mumpung masih pagi belum ada orang yang datang jadi mereka semua tidak khawatir untuk mandi.

Jam 11 pagi, udara sudah mulai bersahabat. Aku dan Avim berinisiatif untuk mencari persediaan makanan. Kami mencoba mengambil sayur-sayuran atau tanaman di sekitar kami. Aku mengepak barang-barangku untuk perjalanan jarak dekat. Aku membawa tas punggung, pisau, teh dalam termos aluminium, telur asin, roti dan kantong untuk membawa sayuran.

Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Irul dan Alfian. Tampaknya mereka sedang bersama sekelompok anak. Setelah ditanya lebih jauh anak-anak ini tersesat dalam perjalanan menuju wisata air terjun. Teman-temanku menemukannya pada saat mencari sayur. Mereka tampak bingung ketika melintasi persawahan. Jadi teman-temanku memanggil anak-anak itu. Mereka berasal dari Maron. Jadi Alfian mengantarkan mereka ke sana sedangkan Irul ikut dengan aku dan Avim mencari sayur-sayuran

.

Perjalanan kami dilanjutkan dengan ditambahi satu teman. Jadi Aku, Avim, dan Irul pergi bersama. Ketika kami sampai di persimpangan, kami mencoba mencari jalan baru. Kami mendaki terus-menerus. Akan tetapi kelihatannya kami semakin menjauh dari tujuan. Dari atas bukit ini kami bisa melihat pemandangan yang indah. Sementara itu aku baru menyadari bahwa kami sedang berdiri di areal hutan tebang. Di sini banyak sekali pohon yang diberi tanda layaknya akan ditebang. Daripada mencari masalah lebih jauh akhirnya kami berniat kembali mencari sayur-sayuran. Arah kami saat itu sedang menuju ke bawah bremi, alias turun.

Kami banyak menuruni jalan terjal. 50 meter setelah kami berjalan, di samping kiri hamparan tanaman sawi menarik perhatian kami. Langsung saja bagai anak bringasan tak tahu aturan plus anak alam, kami semua langsung mengambil tanaman itu. Kata halusnya ‘memanfaatkan’, sedangkan kata kasarnya ‘mencuri’. Hahaha… tak tahunya di gubuk ada ibu-ibu sedang mencari rumput. Ihhhh… serem. Apalagi di tangannya ada sebilah arit. Langsung saja untuk meredam amarah aku mencoba menyapanya. Fiuh… untung sayurannya sudah di masukkan.

Tak jauh dari gubuk atau sekitar 50 persen dari perjalanan, kami memutuskan untuk beristirahat dulu. Kami minum the dan ngemil dulu… Capek bos walaupun turun. Setelah pulih kami melanjutkan perjalanan. Kami bertemu sepasang kekasih (cewek-cowok pastinya!) lewat. Kami sejenak menaruh rasa curiga sebelum melanjutkan perjalanan. Sampai di suatu tempat pandanganku tertuju pada hamparan ladang jagung. Eits!!! Lihat di atas sana yang empunya sedang menebang pohon! Untung kami tidak seliar pada tanaman sawi. Kami hanya bisa memandang sambil mencuri pandang. Hasrat untuk mengambilnya sudah memuncak. Tak bisa kutahan aku langsung turun dan mengambil 1 buah jagung. Hahahaha…. Kemudian aku kupas dan ternyata jagungnya siap dimakan. Cihuy!!! Panen besar! Ketika akan kumasukkan, Avim meminta jagung itu. Kemudian ia memakan jagung itu selama perjalanan. Sesaat kami melewati ladang jagung, kami menemukannya lagi. Kali ini irul dan aku mencoba mengambil jagung di ladang tersebut. Namun sayang, bukannya jagung yang didapat tapi hanya batang tak berisi. Daripada “hacking” sesuatu yang tak bermanfaat mendingan ditinggalin aja. Oh ya sebelum kami sampai di rumah terdekat kami juga mengambil tanaman bawang prei.

Nah 5 menit setelah melakukan aksi buas tadi, tiba-tiba badanku terasa gatal. Begitu juga yang dirasakan Avim. Bibirnya muncul benjolan merah. Nampak sangat lucu ketika itu. “Sudah jangan digaruk nanti tambah banyak” begitu nasihat Irul kepada kami. Aku mendapat benjolan di telapak tangan, lengan, dan perut. Rasanya gatal sekali.

Sampai di jembatan di bawah, kami menyempatkan diri duduk. “Coba baca do’a bisa saja kutukannya hilang,” kataku sembari merayu Avim tuk menghentikan garukannya. Tak lama kemudian kami melihat 3 anak tersesat tadi pulang. Kami hanya bisa melambaikan tangan, mengucapkan selamat tinggal. Beberapa menit kemudian 2 orang cowok berpakaian preman lewat. Sejenak aku menganggap hal yang wajar. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju toko terdekat. Di sana kami membeli segala perlengkapan yang kami butuhkan. Kami juga membeli oleh-oleh buat teman-teman di area kamping. Selanjutnya kami kembali ke area kamping sekitar jam 1 siang.

Di tengah perjalanan, tepatnya di dekat gubuk, kami bertemu kembali dengan sepasang kekasih tadi. Coba iseng, setelah kami berpapasan, kami mencoba mengintip apa yang mereka lakukan. Ternyata dari balik semak-semak kami melihat mereka berpegangan tangan sambil turun ke ladang sawi. Kemudian kami kehilangan mereka! Sayang sekali! Kemudian setelah di tunggu sekitar 5 menit, mereka akhirnya keluar juga.

Krik…krik..krikk.. liat apa nih! Ga’ asik! OK langsung kita lanjutkan perjalanan. Sampai di persimpangan kami bertemu para pencari kayu. Kayu yang mereka tebang tampaknya sudah mereka potong terlebih dahulu. Mereka menyeret kayu itu menuruni lereng. Kenapa tidak dibuat kendaraannya saja ya? Mungkin seluncur kayu?Hahahaha… Tapi ada yang aneh. Di persimpangan kami menemui jalan yang kami lewati dulu telah di blokir dengan kayu. Hah!!!!!! APA!!!!!! Untung saja kami hafal betul dengan daerah yang kami lalui. Kemudian kami terpaksa membersihkan jalan itu dari blokade pohon. Avim segera Huhhh!!! Akhirnya bersih juga. Kami bisa bernapas lega untuk saat ini. Avim sempat berpikir, orang sekejam apa yang mau memblokade jalan menuju air terjun. Mereka pasti ingin menyesatkan pengunjung yang datang. Kami mulai curiga dengan orang-orang yang kami temui selama perjalanan. Antara anak-anak, sepasang kekasih, preman, atau penebang pohon? Kami tidak tahu pasti!

Ternyata blokade pohon tidak hanya sampai di persimpangan itu. Selama kami menuju air terjun kami menemui sekitar 8 blokade. Banyak cara yang digunakan untuk menutupi jalan. Diantaranya dengan memasang tumbuhan berduri dan menutupi jalan dengan ranting. Sehingga nantinya kebanyakan orang akan berpikir mereka salah jalan. Dasar Orang Kejam!

Ketika sampai, kami segera memberitahukan kepada teman-teman. Tak lama kemudian, Pungkas dan Rendra Muncul di belakang kami. Syukurlah, mereka selamat dan telah sampai di area kamping ini. Untung kami segera membersihkan blokade itu. Kalau tidak, bisa-bisa mereka nyasar. Siang itu cuaca sangat nyaman. Tidak terasa keringatku bercucuran. Aku segera ke air terjun. Oh ya! Kami melihat kakak kelas kami Didin ke air terjun. Ia adalah siswa SMA Taruna juga tetapi tidak ikut kemah bersama kami. Nampaknya ia pergi bersama seorang cewek. Teman-teman langsung menyorakinya. Apalagi Danang saat itu hanya memakai celana dalam dan menutupinya dengan sarung.

Kami semua, anak-anak kemah berbondong-bondong mengganggu Didin di air terjun. Kami menyoraki layaknya orang gila. Hahahahah… Apalgi si Danang yang tanpa celana. Lama-kelamaan bosan godain orang berduaan. Kami berniat naik ke puncak air terjun. Humph.. kami menempuh perjalanan yang rumit. Jalan yang kami lewati sangat liar dan terjal. Kami hanya bisa berpegang pada akar tanaman agar tidak jatuh.

Akhirnya kami bisa sampai di puncak air terjun. Pemandangan di sana tampak sangat indah. Dari sini kami bisa melihat akar dan batang pohon yang sangat tua sekali menjamah hutan. Percikan dan desis air yang mengalir membuat suasana menjadi lebih segar. Di sisi lain, kami mencoba berenang menyusuri sumber air terjun. Akan tetapi kami lebih senang bermain air di atas air terjun. Kami mencoba berenang di atas air terjun dan melawan ganasnya arus. Beberapa dari kami meloncat dari ketinggian batu gunung. Byuuuurrrr!!! Tak ketinggalan Gayuh mengabadikan kami saat berpose ketika terjun.

Setelah puas bermain-main kami memutuskan untuk turun. Karena aku masih penasaran, aku mencoba untuk bersemedi di bawah percikan air terjun. Di sana telah ada Rendra yang mencoba duduk di bawah air terjun. Aku dipinjami topinya agar saat berada di bawah air terjun kepalaku tidak sakit. Aku khawatir plus gugup saat mencobanya. Tapi ketika sudah merasakan pikiran harus tetap tenang dan fokus. Di sana kita seperti dilatih agar tidak memperdulikan rasa sakit. Tapi… 3 menit aku tidak tahan karena terlalu dingin bagiku. Saat itu kondisiku bertelanjang dada dengan bentolan di perutku. Karena seudah sangat lelah aku berniat untuk kembali dan beristirahat. Sampai di dalam tenda, temanku Agam mendapat musibah. Kakinya tertempel lintah. Masalahnya lintah itu telah berlarut-larut ada di kakinya sehingga lintah yang dulunya berukuran kecil telah menjadi besar seukuran jempol. Aduh… aku jadi merinding. Jangan-jangan di tendaku ada lintahnya juga? Aku langsung memeriksa sekujur tubuhku. Pada awalnya tidak ada apa-apa. Namun secara tidak sengaja aku menggaruk ketiakku dan setelah aku garuk aku merasa ada bau darah. Setelah ku lihat telapak tanganku ternyata betul itu darah!!! Aku segera memeriksa darah apakah itu. Aku menemukan seekor lintah yang telah mati di ketiakku. Ukurannya juga agak membesar. Seukuran kelingking.

Hari Ketiga

Tanggal 1 Juli 2009

Hari ini kami pulang…

ADA 9 HAL YANG TIDAK PERLU DIBERITAHUKAN LEBIH JELAS:

1. KAMI MENINGGALKAN SEMUA BERAS DI LOKASI PERKEMAHAN UNTUK MONYET>?

2. REKOR PUB TERBANYAK : DANANG

3. KAMI SEMUA MEMBELI SUSU SEGAR… MMMmm…@4000/Ltr

4. MBAH FUNKY MENCERITAKAN LEGENDA SEPUTAR TAMAN HIDUP DAN PARA PENDAKI YANG HILANG

5. MASING-MASING ANAK MENDAPAT JULUKAN BARU.

6. PICKUP YANG KAMI GUNAKAN DATANG TERLAMBAT DAN KAMI HARUS MENDORONG DI TENGAH HUTAN. AKHIRNYA KAMI PULANG TELAT JAM 7 MALAM.

7. KAMI MELEWATKAN MOBIL TRANS 7 DI PERJALANAN! SIAL BANGET!

8. PENGEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEENNNNNNN PUB. :D

9. AKU MENAMBAH LIBURAN DI RUMAH DANANG 1 HARI.

THE BEST HOLLIDAY WILL GIVE US BETTER EXPERIENCE AND FRIENDSHIP

Read More..

19 Juli 2009

MY SWEET SEVEN-TEENS


By: Mas Gondrong

2 Januari 2008, California.

Sebuah surat kini aku genggam. Seribu pertanyaan menyerang dan memaksaku untuk membuka amplop yang sedang ku pegang. Aku sadar tiba tiba dari balik pintu kamarku terdengar langkah kaki. Langsung saja aku simpan surat itu di bawah bantal. “Erika, kamu tidak makan?” tanya sesosok perempuan yang baru saja masuk ke kamarku. “Ya, Ma, nanti Erika menyusul kok,” jawabku sambil merapikan tempat tidur yang berantakan. “Ya sudah kalau begitu mama tunggu di bawah ya!” kata Mama seraya melangkah keluar kamar. Setelah selesai merapikan kamarku, aku langsung turun dan makan malam bersama keluargaku.

Aku melangkah ke sebuah ruangan yang cukup besar. Di atas meja terdapat beragam makanan. Sepertinya menu malam ini lain dari biasanya. Padahal Thanksgiving telah usai bulan lalu. Ada steak dengan saus, kentang goreng, dan ayam panggang. Kulihat Daddy duduk di kursi makan di samping Mama. Adikku, Jane memandangku dengan penuh heran. “Ayo cepat duduk,” Jane memintaku untuk duduk di sebuah kursi di sampingnya. Aku terheran kenapa semuanya begitu meriah. Tidak sengaja aku mencium bau gosong. Kemudian dari arah dapur muncul beberapa orang sambil membawa kue ulang tahun. Serentak seluruh keluargaku menyanyikan lagu “Happy Birthday To You”

Oh My God, aku terheran. Hari ini adalah ulang tahunku. Aku sampai lupa dengan hari ulang tahunku sendiri. Seluruh ruangan berubah menjadi sangat meriah. Kue ulang tahun yang cukup besar dihiasi dengan lilin berbentuk angka 17. Ku lihat teman-temanku juga datang. Aku kagum dengan apa yang mereka berikan untukku hari ini. Sejenak aku mencari sosok yang aku harapkan. Namun aku tidak dapat menemukannya. Di tengah-tengah kebahagiaan itu aku mulai mengerutkan wajah. Tapi aku tidak ingin Daddy melihatnya. Aku menunggu kehadirannya di sini. Kemudian mereka semua membimbing aku untuk meniup lilinnya. Langsung saja aku membuat harapan sesaat sebelum ku tiup lilin itu. Lilin berbentuk 17 itu akhirnya padam. Artinya 17 tahun telah aku lewati bersama dengan orang-orang yang aku sayangi. Setelah itu aku harus memotong kuenya. Kini pisau aku genggam. Aku tidak tahu harus memotong dari bagian mana. Tiba-tiba sepasang tangan menggenggam tanganku dari belakang. Aku tidak sempat melihat siapa yang melakukannya. Aku rasakan tangan itu membimbingku untuk memotong kuenya. Akhirnya kue itu berhasil aku potong. Waktu itu merupakan saat yang tepat untuk melihat siapa yang ada di belakangku. Richard my lovely. Aku kaget bercampur senang melihatnya ada di sini. Tanpa pikir panjang aku langsung memberikan potongan kue itu untuknya. J

Read More..

PERHATIAN ADALAH KUNCI UTAMA CINTA


Manusia merupakan mahluk yang sangat unik. Terutama manusia yang bernama “Perempuan” atau “Wanita”. Dari sekian jenis mahluk (Jin, Setan, Gendruwo) di bumi, perempuan merupakan sosok yang paling butuh perlakuan khusus (Waduh mulai gombal nih :D ). Sekarang 3CHOOSE pengen bicara tentang hal yang agak sensitif nih. Ini topik lebih penting dari apapun (Global warming udah lewat). Kata kuncinya “PERHATIAN”. Sebuah kata yang mungkin disepelekan oleh kebanyakan orang.

Apa yang harus kita berikan kepada orang yang kita sayangi? Apa yang bisa kita berikan kepada kedua orang tua kita? Sahabat kita? Orang-orang di sekitar kita? Yang bisa kita berikan adalah perhatian. Perhatian membuat hubungan persahabatan kita semakin kuat. Perhatian membuat hubungan kita dengan orang tua semakin erat. Perhatian juga bisa menakhlukan cewek.

Ingat lagunya Ada Band khan?. “Karena wanita ingin dimengerti…”. Untuk itulah wanita membutuhkan perhatian. Wanita membutuhkan berhatian lebih daripada cowok. Sekitar 150 % atau 1,5 kalinya. Mungkin gara-gara kodrat ini wanita cenderung manja. Ya, kita semua harus bisa memaknai bahwa itu merupakan hal yang sangat manusiawi. Sebuah hubungan yang tidak dilandasi dengan ketulusan dan perhatian tidak akan bertahan lama. Jika bisa bertahan akan muncul konflik setiap harinya.

Perhatian juga menghindari terjadinya konflik yang sangat besar akibat kesalahan yang berlarut-larut. Jika kita berbuat kesalahan kecil terhadap orang lain, kita harus segera meminta maaf dan menanyakan keadaannya. Apakah baik-baik saja ataukajh tidak. Untuk orang yang dilukai perasaannya akibat masalah kecil ada baiknya mengatakan perasaannya pada saat itu dan jangan dipendam. Apa bila dipendam lama kelamaan rasa itu akan menumpuk dan akan keluar menjadi masalah yang besar.

Tak lupa terhadap keadaan lingkungan. Pohon-pohon dan tanaman harus selalu kita rawat dan jaga. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk perhatian. Kita juga harus menjaga dan tidak mengganggu hewan-hewan yang ada. Jadi sangat perlu untuk menjaga rasa perhatian kepada seluruh komponen yang ada di sekeliling kita.

Read More..