28 Mei 2010

Seleksi Lomba Cerdas Cermat UUD’45 Jawa Timur 2010 dan TIM POLOS

Senang rasanya bisa mewakili kabupaten dalam mengikuti lomba cerdas cermat UUD’45. Namaku 3CHOOSE, dari SMA Taruna Dra. Zulaeha, Probolinggo. Dalam lomba ini sekolah kami diberikan kesempatan untuk mengikuti ajang bergengsi yaitu lomba cerdas cermat (LCC) UUD’45 2010. Dari pihak tim SMA Taruna sendiri mengirimkan artileri andalan, yaitu para penghayat UUD top. Ok kita berkenalan dengan mereka satu persatu...

1. Pak Agung, lahir di Probolinggo. Pak Agung adalah guru pembimbing yang suka sekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan beternak dan memelihara binatang. Beliau memegang peran penting dalam persatuan dan kesatuan tim. Pak Agung dari kejauhan (dari ujung MONAS) tampak berwajah sangat muda n agak mediteran. Karena beliau memelihara jenggot dan jambang,

2. Muhammad Hasan Fauzie, lahir di Bandung (ngakunya sih anak Bandung, pendukung setia PERSIB). Penampilannya bisa dibilang cool dihadapan para wanita. Kulitnya sawo kecoklatan dan berwajah gentlemen... (alias bapak-bapak). Meskipun dia tergolong agak cuek tapi sebenarnya dia sesosok sahabat yang bisa menghibur. Dalam tim kami dia memegang tongkat mayoret sebagai pemandu yel-yel.

3. Alfian Syaiful Rizal, anak Probolinggo asli, berkulit putih bermata agak sipit. Penggemar PERSEBAYA yang satu ini sangat narsis dan PD abis. Terbukti, disetiap temen-temen lagi makan, ia ga’ segan-segan minta foto bareng. Huft, kelakuannya suka terlalu konyol dan terlalu kreatif. Pantes aja ibunya suka khawatir kalo kemana-mana. Dalam tim dia bertugas sebagai penabuh drum. Karena dia sering sekali menjadi suporter sepak bola.

4. Wahyu Tri Kusprasetyo, sosok yang satu ini ga’ perlu diceritain...

5. Pradipta Aryayodha, adik kelas yang lahir di Sumenep pulau Madura. Anehnya sebagai orang madura, dia tidak bisa berbicara dengan logat madura. Secara umum dia merupakan sosok yang kreatif, optimis, dan pemberontak.

6. Fadlul Agung, adik kelas lahir di sebuah tempat bernama rumah sakit. Dia merupakan tombak tim SMA Taruna. Karena dilihat dari awal kita dibentuk, dia selalu menunjukkan keseriusan dalam menghafal UUD dan lainnya. Sewaktu di asrama, nama panggilannya berubah, yang semula ’Agung’ menjadi ’Anto’. Tujuannya untuk menghindari kesalahpahaman sewaktu memanggil Agung yang ini dengan Pak Agung pembina kita.

7. Almaulidah, 1 kata, ”Jenius”.

8. Maygita B, 1 kata, ”Brilliant”.

9. Pravita, 2 kata, ”Hafal UUD”.

10. Hepi Fibi, 2 kata, ” Suka Jahil”.

11. Inka, 1 kata, ”Misterius”.

Buat temen-temen cewek yang merasa aku sebutin di atas, ga perlu aku kasih penjelasan yang panjang lebar. Cukup dengan diwakilkan 1-2 kata saja. Tehehehehe...

  1. Kamis Tanggal 20 Mei 2010

Kami tim SMA Taruna Probolinggo check in pukul 14.30. Kami sangat senang bisa datang di Asrama Haji Sukolilo Surabaya dengan selamat. Kami diantar oleh om Iwan, salah satu pekerja koperasi yayasan sekolah kita.

Begitu sampai di lobby kami sangat senang melihat teman-teman baru kami. Setelah mengurus administrasi, kami mendapatkan kamar 221 dan 222 di gedung D1. Pada waktu itu kami semua sangat lapar. Jadi kami semua langsung menuju warung di pinggiran sungai di depan Asrama Haji.

Malamnya kami mendapakan panggilan untuk segera berkumpul di Hall Bir Ali di lantai atas lobby. Di sana kami mendapatkan pengarahan dari panitia lomba tentang gladi bersih pembukaan. Tim kami duduk di bangku paling depan. Terus terang aku sendiri deg-degan dengan keadaan waktu itu. Air Conditioner yang disetel dengan suhu rendah membuat tubuhku meriang. Tapi teman-teman menanggapinya dengan santai, terlebih Uzie dan Alfian. Mereka sejak datang di Asrama selalu bersenda gurau. Wajah-wajah petarung pun sudah mulai tampak ketika acara gladi bersih mulai dilakukan.

Kami diberikan kesempatan untuk makan malam di Hall B. Wow makan prasmanan! Menu hidanganya bervariasi. Pada saat itu kami hanya duduk dengan tim masing-masing dan membicarakan persiapan lomba.

Tepat pukul 19.00 acara pembukaan dimulai. Rencananya bapak sekjen MPR akan membuka acara ini. Namun sayang beliau tidak dapat hadir dikarenakan ada kegiatan lain. Sebelum acara pembukaan dimulai, kami semua bersantai dan bernyanyi dengan diiringi alunan keyboard tunggal. Semua saling menonjolkan potensi vokal mereka ketika itu. Tak terasa suasana yang tadinya kaku dan dingin berubah menjadi sedikit hangat. Pembukaan dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Asti dari Nganjuk dan pembacaan Pancasila oleh teman kita dari Ponorogo. Pada malam ini kami mendapatkan penjelasan mengenai aturan-aturan lomba cerdas cermat nanti. Selain itu kami diberikan PRETEST. Aduuuhhh!!! Gmana ini belum ada persiapan udah dikasih pretest!

Malam harinya kami menghafalkan materi yang mungkin akan dilombakan. Kami semua terbaring di tempat tidur masing-masing. Tempat tidurnya bersusun 2. Dalam 1 kamar terdapat 10 tempat tidur, 1 meja, 1 AC (yang kadang-kadang ga’ nyala/ ga dingin), 1 Meja, 3 gantungan pakaian, 1 tempat sampah, 1 lampu, 1 gayung, dan harta karun yang tersimpan di balik kasur masing-masing. Hehehehe.... Malam itu aku punya siasat. Aku menyelipkan teks materi yang akan dihafalkan di bawah sela-sela bagian bawah kasur bagian atas. Jadi maksudnya gini, selagi tiduran aku bisa baca-baca sambil ingat-ingat materinya. :D

  1. Jum’at Tanggal 21 Mei 2010

Seluruh peserta berkumpul di Hall Bir Ali sekitar jam 8.00. Sebelumnya kami semua telah sarapan di ruangan favoritku, Hall B. Pagi itu yang aku rasakan adalah tulang-tulangku seakan remuk. Aku seperti orang yang tidak sadarkan diri, berjalan menuju Bir Ali. Kami semua mengenakan seragam sekolah masing-masing.

Pada hari ini kami diberikan penjelasan mengenai materi-materi dan juga sosialisasi konstitusi negara Republik Indonesia. Pada pagi harinya, kami di ajak untuk membahas bersama soal PRETEST tadi malam. Aduh jadi malu bisa nebak hasil yang didapat berapa kemarin. Setiap sekolah wajib maju dan menyuarakan jawaban beserta dengan alasan yang relevan. Tiba saatnya dibacakan hasil PRETEST... dag, dig, dug jantung berdetak kayak bedug.... Hasilnya PRETEST sekolah Taruna mendapat nilai 35. Padahal rata-ratanya kemarin adalah 48,9. Waduhh... di bawah standar nih. Tapi tetep harus semangat!!!

Mendekati waktu shalat Jum’at kami semua break sebentar untuk beribadah. Di Masjid AL- Mabrur aku serasa ingin tidur.... Capek banget! Belum lagi setelah sholat Jum’at masih harus cetak foto untuk kelengkapan persyaratan pendaftaran. Pada hari ini, kami dilatih untuk berbicara di depan umum tanpa rasa takut. Hal itu berlaku juga meskipun jawaban kita sebenarnya salah. ”POKOKnya hari ini kalian harus bisa belajar berbicara!” Itulah salah satu cuplikan pidato dari sekjen MPR. Acara demi acara dilanjutkan sampai pukul 19.00. Pada saat itu kami mendapatkan pengarahan teknis pada waktu kami tampil nanti. Karena lomba cerdas cermat ini disiarkan di saluran televisi lokal (SBO) dan sebagian nasional (TVRI). Itung-itung biar jaga image.

  1. Sabtu Tanggal 22 Mei 2010 (Hari Kelahiran POLOS)

Lomba cerdas cermat diadakan di Hall Mina, sebuah gedung di bagian belakang asrama haji Sukolilo. Ruangannya seperti sebuah stasiun televisi dengan background yang berwarna warni. Pada saat ini kru televisi sedang sibuk mempersiapkan acara.

Pukul 8.00, setelah mempersiapkan segala hal, kami menuju Hall Mina. Kemudian kami mengambil posisi duduk di bangku paling depan. Sorot lampu studio membuat gedung ini menjadi terang, seolah-olah di luar ruangan.

Kamudian muncul sesosok pengarah produksi. Orangnya gendut dan memiliki jenggot. Giginya udah ga tersusun rapi. Sekilas wajahnya mirip Ahmad Dhani (di zaman batu). Penampilannya sangat santai dengan menggunakan kaos lomba cerdas cermat dengan tulisan ’Cinggar’ di belakangnya. Entah ’Cinggar’ itu berarti apa, tapi teman-teman suka memanggil orang itu dengan nama Cinggar. Cinggar juga selalu membawa waist bag.

Kejadian paling konyol adalah ketika Cinggar memandu acara lomba cerdas cermat. Dia selalu berpose pada saat menghitung mundur.

”OK floor ready, camera! Lima (mengangkat tangan ke atas), Ampat, Tiga (salah satu tangan di angkat lebih tinggi dengan gaya sedikit sok), Dua, Satu...”

Tepuk tangan penonton pun mengikuti Cinggar ini. Wajahnya sumringah melihat penonton mengikuti gerakan tangannya. Di ruangan ini tampak para penonton seperti orang kehilangan akal. Hehehe....Tapi kejadian tidak selalu seperti yang diharapkannya. Tak jarang temen-temen penonton gaduh dan membuat suara-suara dialog interaktif sendiri seperti di TV. Langsung saja Cinggar menenangkan para penonton dengan mengangkat tangannya dengan telapak tangan terbuka kemudian menggenggamnya. Sekali-kali penonton diam, tapi kebanyakan mereka tidak menghiraukannya. Kemudian dia sering berkata seperti ini,”OK diam ya, sayang ya?”. Cinggar ini pun mulai menampakkan wajah genitnya, wajah asli.

Hari ini kami akan diselenggarakan 6 pertandingan. Yaitu 3 pertandingan di grup A dan 3 pertandingan di grup B. SMA Taruna mendapatkan gilirian maju yang keempat. Acara dibuka dengan pertandingan dari Sumenep dkk. Mereka mempersembahkan yel-yel dan jawaban terbaiknya. Tapi ada yang aneh dari tiap-tiap pertandingan...

Pertandingan 1 – Jumlah Penonton 100% (Semangat!!!)

Pertandingan 2 – Jumlah Penonton 95% (Lihat temen-temen)

Pertandingan 3 – Jumlah Penonton 55% (Lari kemana semua?)

Pertandingan 4 – Jumlah Penonton 45% (Bosan semua)

Pertandingan 5 – Jumlah Penonton 20% (Capek)

Pertandingan 6 – Jumlah Penonton 2% (Pada tidur semua)

Pertandingan kami adalah yang keempat. Di sana kami bertanding melawan SMA PARE, dari Kediri dan SMA KEDUNGWARU Tulungagung. Alfian awalnya sempat berkenalan dengan anggota Kedungwaru, namanya Dwiky. Orangnya sangat santai dan selalu riang gembira. Hehehe... Sebelum lomba, kelompok kami saling berkomunikasi dengan Kedungwaru. Kedungwaru mengaku tidak belajar dengan maksimal. Hal itu sama dengan Smatar yang hanya memanfaatkan waktu 2 hari, 2 malam untuk belajar. Kita bersepakat untuk mengalahkan Pare. Pertandingan pun dimulai. Namun sayang, SMA Pare yang berhasil keluar sebagai juara.

Tidak masalah, memang harus ada yang menang dan kalah. Namun salah satu teman dari Kedungwaru tampak sangat depresi. Namanya Azmi. Tidak seperti Azmi, Dwiky selalu tertawa dan tidak pernah sedih sedikit pun. Kemudian pertandingan ke 5. Kami (SMA Taruna dan Kedungwaru) mendukung sepenuhnya SMA Talun Blitar. Kami duduk di bangku bagian depan dan bersorak menyemangati Talun! Selain itu kami juga membuat tulisan T-A-L-U-N dengan alat tulis seadanya. Kami sangat senang mendukung Talun. Namun sayang, jagoan kami tidak dapat menembus babak penyisihan. Begiutu juga dengan Tim dari Bondowoso. Yang terakhir adalah pertandingan Ponorogo. Keadaannya sangat sepi. Pada waktu itu jam dinding tepat menunjukkan angka 6, artinya sudah jam 18.00. Keadaan yang sama juga dialami oleh Ponorogo. Mereka mengalami kekalahan.

Malam harinya tim dari SMA Taruna Probolinggo, keluar untuk menikmati sisa malam. Pak Agung juga menjalin komunikasi dengan guru pembimbing kelompok lain. Setelah asik jalan-jalan kami kembali ke asrama. Tapi pada waktu itu kami tidak langsung tidur atau yang lain. Untuk sekedar menghibur lara, Alfian, Uzie dan Dwiky keluar sambil menabuh drum. Mereka membangunkan para manusia di Gedung D1.

”AYO Rek ga usah bersedih di dalam kamar masing-masing! Kita keluar kumpul-kumpul bareng!”

Kebanyakan penghuni gedung D1 tidak lolos babak penyisihan. Namun kita tahu jika ada penghuni dari Pasuruan yang lolos babak penyisihan. Total kelompok yang tidak lolos pada hari itu adalah 12 kelompok. Kami semua berkumpul di lorong asrama D1 lantai atas. Pak Agung memimpin acara tersebut. Semua kelompok keluar dengan membawa peralatan yang dibawa masing-masing. Acara suka-suka bareng ini bertujuan untuk menghilangkan rasa depresi. Daripada diam di kamar ga tentu nangisin hasil yang ga bisa diubah. Bener khan?

Acara dibuka dengan saling memperkenalkan diri. Dimulai dari SMA Taruna, Talun dan yang lainnya. Kami semua saling mengenal hobi dan latar belakang masing-masing. Sepanjang acara Pradipta bertindak sebagai seksi dokumentasi acara.

Kami bernyanyi sepanjang malam itu...Kami bersenang-senang pada malam itu... kami saling berbagi cerita pada malam itu. Di sanalah kami mulai merasakan sebuah ikatan persahabatan. ”POLOS” adalah sebutan untuk kami. POLOS adalah singkatan dari (Partai Orang tak Lolos). Anggota POLOS bukan hanya orang-orang yang tidak beruntung saja, tapi untuk semua teman-teman yang mendukung persahabatan dan pentingnya sosialisasi. Tidak hanya siswa saja, bahkan juga para guru pembina melakukan koalisi. Bertepatan dengan event yang pas yaitu dalam rangka lomba UUD’45, kami menggunakan istilah koalisi untuk saling menjalin persahabatan. POLOS berhasil menghidupkan gedung D1 dengan suara-suara gembira. Malam itu kami lupa akan kegagalan kami. Tapi kami berhasil menjalin sebuah persahabatan. Sebuah sosialisasi yang sangat dibutuhkan. Acara berakhir pada jam 12 malam, ketika seorang pembina menyarankan kami untuk menghentikan acara.

  1. Minggu Tanggal 23 Mei 2010

Pagi harinya tim SMATAR jalan-jalan menikmati kota Surabaya waktu pagi. Kami bersama dengan Azmi dan Dwiky jalan-jalan keliling Surabaya.

Kedekatan kami, POLOS semakin erat. Ketika itu, acara semifinal kami diminta hadir di ruangan. Namun salah seorang dari pembina SMA Pare bertindak tidak kooperatif. Ia mengusulkan untuk diadakan absensi sekolah. Kebetulan pada saat itu POLOS datang pada saat acara pertengahan. Pintu gedung pun dijaga dengan ketat oleh salah seorang petugas lomba. Untuk masuk kami harus menunjukkan id card dan harus mengenakan seragam. Sayangnya pada waktu itu sebagian dari kami tidak ada yang hadir dan ada yang tidak mengenakan seragam.

Pada saat istirahat, guru pembimbing kami dipanggil ke sekretariat untuk membicarakan hal itu dengan panitia lomba. Kami sangat merasa kesal atas tindakan SMA Pare yang tidak kooperatif. Kami bersepakat untuk menghentikan segala dukungan kepada SMA Pare (istilah kerennya memboikot Pare). Termasuk juga para guru pembimbing ikut merasakan aksi SMA Pare. Koalisi POLOS semakin kuat,

Berita buruk bagi POLOS, SMA Pare berhasil lolos ke babak final. Yel-yel mereka semakin nyaring dikumandangkan.

The best One I... The best One Who”, yel-yel yang dirasakan (sebenarnya) sangat lebai dan ga’ penting.

Hal ini membuat kami geram. Kami tidak suka dengan perilaku mereka sehari-hari pada saat diluar lomba. Tidak ada sedikit ramah tamah di wajah mereka atau sekedar kumpul-kumpul. Pada waktu itu pukul 5 sore. Kami menunggu kehadiran bapak Taufik Kiemas. Kemudian beliau membuka acara grand final tersebut. Pada saat itu kami lebih mendukung sepenuhnya SMA TRENGGALEK. Karena tim ini memiliki nilai sosial yang lebih dibandingkan dengan SMA PARE.

Kami menyuarakan dukungan atas SMA Trenggalek dengan penuh harapan. Kami berteriak! Trenggalek JAYA! Ketika SMA Trenggalek mendapatkan tambahan angka, kami memberikan tepuk tangan yang luar biasa. Namun ketika SMA Pare mendapatkan poin, kami semua diam membisu. Persaingan mulai memanas antara Pare dengan SMA Trenggalek. Babak pertama nilai imbang 25 ; 25 ; 25. Begitu juga babak kedua, nilai imbang antara Pare dengan Trenggalek 50 ; 50. Salah satu anggota Pare komat-kamit di atas podium peserta sejak acara dimulai. Namun Trenggalek ketinggalan skor di awal babak. Ketika juri mengatakan ”Jawaban Salah nilai -5” kepada Pare, kami semua bertepuk tangan gembira... Hahahaha...Nilai mereka saling bersaing. Kami semua dag dig dug menantikan hasil akhir, semoga Trenggalek Juara!. Alhamdulillah Trenggalek berhasil menjadi yang pertama... Kami semua bersorak gembira dan meneriakkan yel-yel kami.

Trenggalek JAYA! Trenggalek Jaya! Trenggalek Jaya!

POLOS Jaya! POLOS Jaya! POLOS Jaya!

Malam ini kami merayakan keberhasilan koalisi POLOS. Padahal sebelumnya tim yang selalu didukung kami selalu kalah. Kami berpikir ini karena Dwiky yang memihak. Pada acara grandfinal itu kami sengaja meminta Dwiky untuk mendukung tim Pare saja. Benar, dan hasilnya tim dukungan Dwiky kalah Hehehehe....

Malam ini ada duka yang meliputi kami juga. Tim Tulungagung dan Ponorogo harus meninggalkan Asrama. Kami merasakan kehilangan. Pada saat akan pergi, kami melihat wajah Dwiky yang biasanya gembira menjadi agak murung. Perpisahan ini menjadi hal yang terberat bagi POLOS.

2 jam setelah mereka keluar, listrik gedung putus. Suasana begitu gelap dan hujan badai. Kami para anggota POLOS berkumpul di lorong dengan dibantu penerangan dari Hp. Di sana kami semua berbagi cerita misteri dan pengalaman-pengalaman lain. Sepanjang waktu kami berkumpul hingga listrik kembali menyala pada jam 10 malam.

  1. Senin Tanggal 24 Mei 2010

Hari ini merupakan hari perpisahan. Kami harus check out dan kembali ke kota kami masing-masing. We miss u all!

Read More..