27 Januari 2012

Sejenak Menikmati Liburan Semester

Hello world…

Apa yang udah aku lakuin hari ini? Jangan-jangan aku belum ganti kolor selama 1 jam, atau terlalu lama nongkrong di warung, atau malah terlalu sering tiduran sambil mikirin eeeehhh…. maksudnya waktu rasanya berlalu begitu saja, membuat kita melupakan momen-momen manis yang bisa buat dan kita lalui lebih nikmat daripada secangkir susu telor madu jahe. Seperti liburan semester ini, rasanya sudah satu minggu aku menghabiskan sekaligus memuaskan rasa rinduku di rumah. Seperti kata pepatah Inggris, Home sweet home yang kira-kira artinya rumahku gudang gula.

Rumah itu sangat beda dengan kos-kosan ataupun asrama kece sekalipun. Pagi yang cerah, aku bangun sambil menghirup udara pagi khas desa. Udara yang begitu lembut, basah, dan identik dengan –maaf- tai ayam bercampur sempurna dengan –maaf- tai kebo ditaburi cho cho chip kambing (baca: sekali lagi -maaf- “tai kambing” yang biasanya sulit dibedakan dengan cha cha oleh Bondan Winarto). Jadi jangan sekali-kali coba makan cha cha bareng Bondan Winarto (lho?)

Tiap pagi selalu menyisakan embun yang bergelayutan di ujung padi. Kita juga bisa melihat ayam-ayam bermain petak umpet sambil menari balet. Kadang salto, kayang atau pura-pura terkena tetelo/flu burung/mimisan. Ayam jago juga gak kalah kece menyanyikan lagu seriosa untuk sang putri yang asik menarik balet sambil pura-pura terkena tetelo/flu burung/mimisan. Kuukuruuuyyyuuukkkk…. dan tak lupa meninggalkan –sekali lagi maaf- tai yang baunya khas di halaman rumah. (CEPAT PANGGGILLL AMBULAN!)

Salah satu keajaiban yang ada di rumah adalah masakan rumah. Masakan ini sangat unik karena bergantung pada tempatnya. Kalau pembaca tinggal di Padang, namanya Masakan Padang, kalo ada yang tinggal di rumah jadinya masakan rumah! Masakan merupakan tujuan vital saat kita pulang kampung. Apalagi buat mahasiswa yang telah beribu-ribu tahun merantau (udah jadi kakek-kakek kali waktu pulkam). Sewaktu pergi merantau dulu diberi pesan dihadapan masyarakat sekampung, ditonton ribuan pasang mata kaki dan disiarkan secara langsung di stasiun TV Nasional:

“Anakku ini bekal untukmu selama merantau, tolong digunakan secara bijaksana”.
“Baik Ibunda, Ananda akan selalu menaati titah Ibunda.”
“Jika kamu bertemu dengan raksasa itu, kamu lempar saja garam dari kantongmu”
“???”

Dari tempat kuliahnya, mahasiswa pulang sambil membawa residu, terkotori bahan-bahan tak dikenal, hasil olahan kuliner hidup mahasiswa. Tau nggak, siklus makan mahasiswa sangatlah ekstrem. Anda gak percaya? Kadang hari pertama makan nasi pecel. Hari kedua makan nasi ga pake pecel. Hari ketiga makan piring dan gelas door to door. Hari keempat masuk rumah sakit…

Begitu sampai di rumah, perut kita seolah berorasi ria.
“Berikan kami masakan rumah!”
“Ya,.!!”
“Ayo.. bakar rumah!!!!”

Di rumah, kita bisa makan sepuasnya, tapi jangan lupa cuci piring, hehehe…