21 Januari 2012

Ketika ku Cemburu, Aku masih SD

Hari ini mau ke mana ya....
OK, sekarang aku lanjutin cerita kemarin yang sempat terputus.

Gak normal, pikiranku waktu kelas 5 SD sudah baligh 10 tahun lebih cepat! Bukti nyatanya perasaan suka ama cewek waktu itu menjadi liar (sambil menirukan gaya anjing rabies). Semakin lama, semakin rajin lihat si “Dina” (Nama samaran,…. nama sebenarnya “Bambang”) secara diam-diam. Apalagi setelah les privat bareng james bond (dulu pernah satu kelas mata-mata), aku selalu memata-matai cewek yang aku taksir waktu itu . Sengaja mataku menyelinap masuk ke dalam kantung sakunya waktu itu. Tiap kali kemana-mana selalu ikut, entah itu di kantin, di kelas, dan waktu main ping pong kesambet dijadiin bolanya. Bahkan waktu itu sempat dikira uang receh dan akhirnya ditukarkan dengan sebatang choki-choki rasa Capuccino bebas kafein dan rendah gula. (Emang ada????):D
Tapi terkadang bola mata ini rasanya pedih ketika ngeliat Dina berduaan dengan orang lain (yang pasti bukan ibu, bapak, adik atau teman perempuannya). Suatu ketika muncul seorang rival yang kayaknya juga naruh hati sama si Dina. Kita sebut Mr”R”. Perbedaan aku dan Mr”R” bagaikan bola basket dengan bola sepak. Bola basket dimainkan, dielus dengan tangan sedangkan bola sepak selalu ditendang-tendang. Why??? BOLA JUGA MANUSSSIAAAAA…..Oleh sebab itu aku lebih suka basket daripada sepakbola meskipun aku tidak suka kedua-keduanya. Kedengaran banci banget.

OK, aku bakalan kasih sedikit info penampakan Mr”R” ini. Sejauh mata memandang dia begitu excited, menarik, attractive, playful, seksi….dan blalalalalalala…. Sedangkan saya tidak. Dalam hal prestasi dia adalah salah satu bintang kelas, yang bikin wah dan heboh dan blablalalalalalal…. Sedangkan saya tidak. Selain itu Mr”R” juga aktif dalam pelajaran dan bisa main bola blalalalalalala…… Sedangkan saya tidak. Intinya, kita itu ibarat dua kutub magnet yang terlibat perang dingin untuk menarik sebuah bola besi pejal tanpa muatan elektron dan blalalalalalalala…… Sedangkan saya tidak!!!

Ok cukup, dengan kegilaan ini. Kelakuannya waktu itu sangat membuat sebal. Apalagi pada saat duduk sebangku berdua. Benar-benar dunia di sekelilingku menjadi suram, gelap, dingin dan beku sedangkan mereka berdua bermandikan cahaya sorot khas panggung sandiwara. Seketika itu aku berusaha memalingkan wajahku. Aku berusaha sekuat tenaga memperhatikan penjelasan guru. Namun papan tulis waktu itu juga ikut gelap (EMANG WARNANYA HITAM GOBLOK!), dan kapur tulis tetap berwarna putih (*DILEMPAR PAKE PENGHAPUS).

R: “Ayah kamu Astronot ya?”
D:”Lho kok tau?”
R:”Iya, karena aku liat bintang di mata kamu”
D:”To..tweeeettttt” (akibat gigi taring yang lebih besar dari geraham)
3:”AKULAAAAAHHH ARJUNAAAAAA…AAAAAAAAA YANG MENCARI CINTA” (pura-pura gak denger)

D:”Kamu dengar suara aneh ga?”
R:”Enggak tuh..”
D:”Aku takyuuttt” (sekali lagi, akibat gigi taring yang lebih besar dari geraham)
R:”Gapapa kok…” (curi kesempatan)
3: “WAAAHHAAAAIII WANNIIITTAAAAA….AAAAAAA CINTAILAH AKU” (Banting kepala ke meja, lalu masuk wc)
(DEMI KEAMANAN JIWA ANDA, KITA TINGGALKAN PERCAKAPAN ROMANSA ANAK 5 SD LABIL INI)

Dari situ, aku berusaha mencari kesempatan untuk menggaet perhatian Dina. Di kelas, kayaknya udah gak mungkin. Medan pertempuran ini rasanya sudah dipenuhi ranjau Mr”R”, sekali kepencet seluruh sekolah akan hancur lebur dan membentuk awan jamur “kress”. Di sini aku ga bisa menang. Diam tapi pasti aku mencari waktu yang pas untuk bisa dekat dengannya. Entah setan banci apa yang membisikkan sesuatu di telingaku, lalu dengan tekat yang berapi-api aku berkata “Pulang sekolah!”.

Alhasil setiap pulang sekolah aku selalu menunggu Dina lewat untuk dijemput. Sambil masang muka ala banci kesepian, aku selalu memperhatikan dia keluar dari gerbang untuk menunggu jemputan dll. Minggu pertama masih senyam-senyum sendiri. Minggu kedua nunggu sambil duduk. Minggu ketiga duduk bersila. Minggu keempat tangan menengadah. Minggu kelima menundukkan kepala dan berkata” Pak, kasihanilah Pak… belum makan 3 hari”. Ga ada angin, ga ada hujan yang ada cuman kentut, suatu ketika kita ngobrol bareng dan dari situ aku semakin mengagumi dirinya.

Namun, kelas 6 SD membuat selokan (menurut anak SD ukurannya sudah besar) antara kita. Kita berbeda kelas. Lebih parahnya lagi Mr”R” sekelas dengan Dina. Persaingan waktu itu sudah tidak sehat. Perang dingin sudah memasuki musim panas. Sepertinya Tuhan punya rencana lain untuk perjalanan ini. Sehingga, romansa anak kelas 5 SD labil ini harus diakhiri sampai di sini. Sampai ketemu lagi!

*PS: Sampai sekarang aku belum berani menyatakan rasa suka buat dirinya… -.-

*PSS: CHOKI-CHOKI rasa Cappuccino itu adalah fiktif! Namun ga menutup kemungkinan pembuatnya insaf setelah membaca ini.

*PSSS: Jangan lupa gosok gigi setelah makan cokelat.

*PSSSS: PS adalah singkatan dari pesan singkat, dan seterusnya memiliki turunan yang tak terhingga menjadi PS…S atau pesan sangat…singkat. Namun tidak bisa diintegralkan menjadi “P” saja.