RAGAM CERITA

25 Desember 2011

Dari Meja Karambol Sampai Keracunan Legen

Terkadang di sela-sela kuliah banyak hal yang bisa kita lakukan bersama teman-teman the koplaks. Biasanya kita mengerjakan tugas, laporan atau sekedar bernyanyi mengusir anak-anak SD di gardu (pos siskamling). Namun kesibukan terkadang membuatnya berbeda.


(Gimana ceritanya bang?)

Hari Selasa pada bulan Desember, musim hujan.
Waktunya teh botol kosro...
Pada waktu kuliah biologi dasar yang super singkat, Dzaky dan Dito Kun-Kun berencana mengadakan kegiatan futsal untuk prodi. Aku yang gak pernah ikutan futsal sama sekali ikutan pada waktu itu. Setelah genap uang yang dikumpulkan, Dimas, Dito, Ayik, Antar dan anak-anak lain termasuk aku pergi memesan arena futsal di Kenjeran. Sebenarnya setelah memesan arena futsal, kami berencana langsung membeli peralatan laboratorium.

(Lho kok beli?)

Ya, soalnya pada beberapa praktikum aku dan teman-teman memecahkan alat lab (yang sudah tua dan rentan). Gituuuuu….
Nah karena pada saat kita pulang dari arena futsal itu gerimis, kita menunda perjalanan dan berteduh di gardu (pos siskamling) tepat di depan kos-kosan dzaky. Kita pun duduk dan waktu itu ada sebuah papan besar yang terikat pada tiang gardu. Kok ga biasanya ya ada meja di gardu? Awalnya aku sempat berpikir apa tempat ini sudah menjadi warung portable…




Arek "cilik" menggila
Dari situ kami tahu bahwa kami menemukan sebuah harta karun di tengah kebingungan pencarian jadi diri…PAPAN KARAMBOL. Kemudian dengan gaya sok tahu masing-masing kita mulai bermain karambol. Berikut peraturan karambol ala the koplaks.
1. Semua biji karambol dimainkan dalam permainan ini, tidak peduli jumlahnya 1000 atau bahkan menutupi pos gardu.
2. Pemain berjumlah tidak terbatas asalkan manusia dan bisa nyentil bukan nyodok
Foto Jendral Tian Pheng
3. Pemain yang melakukan kesalahan, baik itu salah masuk, bunuh diri, mengganggu keselamatan biji karambol akan dikenakan HUTANG.

Dari kiri, Rahmad, Ayik, Dimas, Antar, Resa, Dito, Dzaky
Begini kira-kira kalo dijadikan game PC
Dengan peraturan seperti itu, alhasil pada awal permainan karambol, biji karambol terlihat seperti tumpukan tumpeng. Ga salah kalo ngeluarin biji karambol sulit. Kemudian datanglah pemain tambahan yang meramaikan suasana yaitu Resa Herfi dan Rahmad. Selain itu pada waktu bermain pun seperti sangat sulit. Kenapa? Karena di meja terdapat banyak sekali biji karambol liar. Untuk memasukkan satu karambol pun perlu usaha ekstra dan trik-trik nakal. Hehehehe... Beberapa pelanggaran pun sering terjadi, mulai dari bunuh diri (bukan orang aslinya) sampai biji karambol yang terlempar. Setelah permainan berubah menjadi tidak jelas, kami mengakhiri dan melanjutkan membeli alat-alat laboratorium karena pada waktu itu hujan reda. Namun kami tidak langsung menuju ke TKP. Kami semua mampir di penjual es legen di depan PUB DANGDUT.
Jajanan serba menggoda
Saking kelaparannya akibat menyentil biji karambol, anak-anak langsung membabi buta minum es legen dan makan gorengan. Harga per bijinya murah meriah, cuman 500. Di sini makanan seperti itu sangat dicari, entah buatnya dengan cara seperti apa. Untungnya aku sudah makan, jadi ga terlalu kelaparan. Beda halnya dengan Dito yang langsung menyantap nasi koboi. Nasi koboi adalah nasi bungkus ekstrem dengan harga 3000 rupiah.

(Kenapa diberi nama koboi?)
Satu gelas lagi bang!
Karena setelah makan, anda akan berhalusinasi dan bertindak tidak terkendali layaknya koboi yang minum sampanye 10 botol. Gak itu bercanda....hehehe... tanya aja sendiri pada pembuatnya :-P

Wikipedia: Legen
Sampe mulut kram... :D
Legen adalah nama minuman tradisional yang banyak ditemukan di sekitar wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia. Minuman ini diambil dari bagian pohon siwalan.

Setelah kami kenyang dan Ayik mabuk legen, kami melanjutkan ke Biliton untuk membeli alat laboratorium. Sayangnya di sana kami tidak menemukan semua alat-alat yang kami cari. Setelah itu, kami semua kembali ke pangkalan ojek besar. Di perjalanan sudah tampak efek ketiduran. Sampai di sana, tampak wajah anak-anak berubah drastis. Wajah mereka semua seperti orang teller. Ga heran kalo sampai di pos langsung tiduran. Sembari menunggu jam kuliah kimia dasar, kami tiduran dulu di pos ronda untuk menetralkan efek legen.
Korban Legen