RAGAM CERITA

23 November 2008

Andi dan Flu Burung

Cerpen

Tanggal 4 Maret 2007, matahari terik menyapa seluruh warga dusun Sukasari. Sekumpulan anak ayam berbaris bak prajurit siap berperang. Sang induk mengembangkan sayap seolah-olah memberikan komando. Di salah satu jalan, ayam lain berlarian kesana kemari. Di bawah pohon mangga terdengar kokok ayam jago membelah langit biru. Di dusun ini tak heran jika banyak ditemui ayam berkeliaran bebas. Mayoritas penduduk dusun Sukasari bermata pencaharian sebagai peternak ayam. Maka tak jarang orang memanggil dusun ini sebagai ”dusun ayam”. Begitu juga dengan pak Yanto ayah dari Andi. Beliau juga peternak ayam. Berkat kegigihannya, pak Yanto memiliki kurang lebih 100 ekor ayam di rumahnya. Setiap pagi pak Yanto rajin memberi makan ayam-ayamnya. Pagi ini berbekal kacamata barunya, beliau memberi makan ayam kesayangannya. ”Tok..tok.petokk”, suara ayam tersebut terdengar begitu indah di telinga pak Yanto. Ketika tangan keriputnya menebar biji jagung di halaman depan, ayam-ayam yang telah lama menunggu langsung menyergapnya. Bagaikan pasar kaget, pak Yanto terperangkap diantara sekumpulan ayam. Diantara ayam tersebut tampak seekor ayam kelihatan lesu.Matanya tidak segar layaknya ayam lain. Kakinya pun seperti tak mampu mengangkat berat badan ayam tersebut, seolah-olah akan roboh. ”Wah... ada apa dengan ayam itu ya?”, Pak Yanto mulai curiga. Pak Yanto berusaha mendekati.” Papi... minyak tanahnya di mana?”, teriak istri pak Yanto. Tetapi kecurigaan itu hilang ketika istri pak Yanto membutuhkan bantuan di dapur. ”Iya, sebentar-sebentar....”, pak Hussein berhenti dan mengurungkan niat untuk memeriksa ayam itu. Kemudian beliau segera pergi ke dapur.
Tak lama kemudian 2 orang anak mendatangi rumah Pak Yanto. ”Assalamualaikum,” seru seorang anak di depan pintu pagar.”Andi...!!!Andi!!!,” anak yang lain memanggil-manggil sebuah nama.”Waalaikumsalam, ooh kamu Bambang” jawab seorang anak yang tidak lain adalah Andi, anak Pak Yanto, ”ada apa? Ayo masuk!”. ”Tidak kami hanya ingin mengajakmu bermain kelereng di rumahku,” balas Umar. Tampak raut wajah Andi agak suram.”Aku tidak boleh keluar rumah, badanku tidak enak. Kita main di halamanku saja ya?”Andi berusaha menolaknya. Sepertinya 2 sahabat itu mengerti dan mereka mulai bersiap membuat lubang.”Hush..hush...hush,” Bambang berusaha mengusir ayam-ayam yang berlalu lalang mengganggu permainan mereka. Tiba-tiba Umar berteriak kaget.”Andi kenapa ayammu di sana?”telunjuk Umar mengarah pada seekor ayam yang tergeletak tak jauh dari tempat mereka bermain.”Sepertinya ayam itu mati,” Andi mendekat. Mereka tak sadar bahaya apa yang sedang mereka hadapi. Ayam tersebut mati secara tidak wajar. Matanya biru serta berair, jenggernya layu dan kakinya pucat. Kemudian andi memegang ayam itu untuk menunggu tanda-tanda kehidupan.”Ayammu mungkin kena flu gara-gara begadang semalam,” Bambang mencoba memecah keheningan dengan leluconnya. ”Ah.. ga’ lucu, sepertinya ayam ini benar-benar mati,Ndi” kata Umar. Tepat pada saat membuka jendela kamar tidur pak Yanto melihat kejadian itu. Kemudian beliau menghampiri mereka mencoba menenangkan keadaan.”Astaga ini kan ayam tadi,” seru pak Yanto. Kemudian Pak Yanto menyuruh anak-anak masuk ke dalam. Akhirnya pak Yanto memutuskan untuk membuang ayam itu ke dalam tempat sampah. Di dalam rumah istri pak Yanto mempersilahkan Andi dan temannya untuk makan. Karena terasa begitu lapar Andi langsung melahap makanannya tanpa cuci tangan. Hampir selesai makan, Bambang menyeletuk tentang ayam yang mati tadi pagi.”Hush.. jangan membicarakan itu pada saat makan!Eh, Andi, apakah kamu sudah cuci tangan?” Umar memperingatkan Andi. ”Oh iya aku lupa! ” Andi bergegas mencuci tangannya. Setelah selesai makan, ketiga-tiganya melanjutkan bermain di halaman depan.
Beberapa hari kemudian Andi jatuh sakit. Andi menganggap dirinya terserang flu biasa. Jadi Andi dirawat di rumah dengan alat seadanya. Andi terbaring lemas di tempat tidurnya. Sebuah kompres menempel di keningnya. Badannya panas sekali.”Ibu bawa Andi ke dokter ya?” tanya Ibunya. ”Ah jangan Bu, sebentar lagi Andi pasti sembuh. Andi hanya flu,”jawab andi semampunya. Keadaan Andi semakin lama semakin buruk. Badannya semakin lemas. Setiap malam ia selalu menggigil. Pak Yanto merasa ada keterkaitan antara ayam yang mati dengan kesehatan Andi. Gejala penyakit Andi hampir sama dengan gejala ayam tersebut. Selain itu ayam Pak Yanto yang lain juga mengalami gejala yang sama. Pak Yanto yakin Andi dan ayam yang lain tertular penyakit ayam yang mati itu. Belum tahu apakah penyakit itu.”Bu Andi ingin ke kamar kecil,” pinta Andi dengan suara yang lemah. Ibu menuntun Andi pergi ke kamar mandi. Satu jam berlalu Ibu merasa khwatir. Terakhir kali Andi didapati tak sadar diri di dalam kamar mandi. Ibu langsung menelepon ambulan ke rumahnya. Tak sampai 15 menit, ambulan pun datang. Kemudian petugas rumah sakit membawa Andi ke dalam mobil dan melaju dengan kecepatan penuh menuju RS Pelita Jaya.
Tanggal 7 Maret 2007 Andi di rawat di RS Pelita Jaya. Ia dirawat di ruang VIP tepatnya di lantai teratas. Dengan fasilitas yang baik Andi patut bersyukur. Tetapi kenikmatan itu tak dapat ia rasakan. 5 Hari terakhir ia tidak sadarkan diri. Tetapi keluarganya tetap menunggu dengan setia. Teman-teman di sekolah juga merasa cemas. Setiap hari, Umar dan Bambang menjenguk Andi. Di alam pikirannya Andi merasa sendiri. Ia merasa berada di alam lain, tidak ada kehidupan dan cahaya. Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin mendiagnosa penyakit Andi. Sampai akhirnya dokter memvonis Andi terkena prnyakit Flu Burung. Penyakit ini masih tergolong baru dan belum ditemukan obatnya. Andi mungkin pasien pertama yang mengidap penyakit ini. Para dokter juga mencoba memberikan perlakuan yang spesial. Segala peralatan medis dikerahkan untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun apa daya jalan keluar belum ditemukan. Berita ini sampai di telinga pemerintahan pusat, Jakarta. Pemerintah berjanji akan serius menangani kasus ini. Berita ini juga menarik perhatian media massa. Maka tak jarang RS menjadi ramai akibat dikerumuni wartawan dari berbagai media.
”Tiiii………..t” sebuah alat medis di samping Andi berbunyi menandakan tanda kematian. Keluarga dekatnya sontak terkejut. Sepertinya malaikat maut telah lama mengintai dan tak ingin jauh dari Andi. Pada akhirnya jiwa Andi tidak terselamatkan. Jiwanya harus direlakan akibat sebuah penyakit yang bernama flu burung. Keluarga Andi menjadi sangat sedih. Ibu merasa sangat bersalah karena gagal dalam menjaga Andi. Teman-temannya juga sangat merasa kehilangan. Tubuh Andi dibawa kembali ke rumahnya di dusun Sukasari.Kemudian keluarga Andi dengan segera mengadakan pemakaman. Seluruh warga desa turut serta mengiringi proses pemakaman. Kematian Andi juga tersiar di televisi nasional. Sepertinya penyakit Andi bukanlah penyakit main-main. Namun ini merupakan wabah Nasional. Selain itu di temukan ayam-ayam lain yang mati dengan gejala yang sama.
Akhirnya pemerintah daerah menurunkan petugas peternakan untuk memberikan vaksin kepada unggas yang sehat agar tidak tertular. Sebuah mobil Dinas masuk ke halaman warga Dusun Sukasari. Petugas berseragam khusus dengan penutup mulut langsung bersiaga. Mereka masuk ke tiap-tiap rumah yang memiliki unggas. Warga dusun pun agaknya bingung.
Banyak ayam peliharaan mereka yang mati. Selai itu sebagian kecil dari penduduk bersikeras menyatakan bahwa ayam mereka tidak terserang penyakit flu burung. Tetapi setelah diadakan sosialisasi mereka akhirnya sadar dan menyerahkan unggas mereka yang mati untuk dibakar. Petugas peternakan membakar setidaknya 200 lebih ayam milik warga Sukosari. Termasuk unggas milik Pak Yanto. Selain itu petugas peternakan juga menghimbau agar warga menjaga kebersihan kandang serta meminta untuk segera lapor apabila ditemukan gejala yang sama pada burung ataupun manusia. Warga juga diminta untuk tidak panik dalam menghadapi situasi seperti ini



-\|/--\|/--\|/--\|/--\|/--\|/--\|/-
TAMAT
|+|+|+||+|+|+||+|+|+||+|+|+||+|+|+||+|+|+||+|+|+||+|+|+|