16 November 2013

Aku mencoba memikirkan diri sendiri (baca: Otak)

Assalamualaikum wr. wb
Hello world!

Masih teringat pada saat pertama kali masuk ke kampus UNS jumlah buku di kamar kos bisa terhitung dengan jari. Saat ini sepanjang mata memandang yang ada hanya tumpukkan buku yang janjinya akan saya baca. Janji...janji...sekali lagi cuma janji dari orang yang pandai membuat janji ini.

Sulitnya membaca buku saya akui saat ini. Entah kenapa imaji ini serasa terkuras dengan manjaan hiburan yang melemahkan otak. Kita dianugerahi sebongkah otak dengan potensi yang sangat besar. Coba bayangkan jika Einstein dengan penemuan sebanyak itu hanya memanfaatkan 15 persen dari potensi otaknya. Sekarang ganti tanyakan berapa potensi yang kita sia-siakan yang telah diberikkan oleh Tuhan. Ibarat jika kita mendapatkan hadiah dari seseorang tapi kita tidak menggunakan itu sama saja dengan melecehkan barang itu, saya heran, apalagi Tuhan Maha Melihat.


Memang melihat tulisan tidak seenak melihat gambar/ visual atau video yang sangat menghibur kita. Namun ketika kita membaca berarti kita memaknai sebua huruf, merangkainya menjadi kata, kata dalam kalimat mempunyai makna, dan kemudian kita mencoba menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lain sehingga kita mendapatkan wawasan baru. Itulah mengapa pada saat kita membaca otak kita bekerja dan berolahraga. Otak manusia pun punya pembagian tugas masing-masing. Ada yang bertugas mengolah suara, ada yang mengolah gambar, berpikir kreatif dan banyak sekali rezeki yang kita terima dari otak kita. Sudah selayaknya kita mensyukuri nikmat yang kadang kita kelewatan untuk menghitungnya, jika perlu kita juga bisa memberi harga, berapa rupiah harga otak kita.

Sebuah anekdot mengatakan bahwa otak orang Indonesia harganya paling mahal di dunia. Itu dikarenakan otak manusia masih mulus dan bening dibandingkan dengan otak orang luar negeri. Karena semakin otak kita dipake maka semakin banyak lekukan pada otak dan bisa saja semakin keruh, hehehe... sungguh ironis.

Tak bisa dipungkiri ketika kita mulai membaca, 10 menit saja bisa membuat kita jenuh apalagi kita membaca apa yang menurut kita tidak penting. Mata mulai berat, perhatian udah mengarah ke gadget, game dll.. So bagaimana caranya supaya informasi yang kita baca itu penting? Buatlah sebuah niat! Ketika kita memiliki motivasi terhadap sesuatu misalnya kita ingin membanggakan orang tua dengan prestasi kita, akan timbul dorongan untuk berusaha memperlajari. Salah satu niat yang sering dibaca terlalu cepat sehingga nilainya tidak kita sadari adalah awali membaca buku dengan bacaan basmalah, Bismillahirrahmanirrahim.

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

Pahami dulu niat sederhana yang sangat mulia ini!!!

"dengan"... artinya untuk siapa kita melakukan pekerjaan ini.
Dari situ kita tahu ketika membaca kita niatkan karena Allah yang telah memberi kita seperangkat otak dkk. dan menyayangi kita tanpa lalai sedikitpun. Terima kasih sudah membaca! ^_^

Wassalam.